Percobaan tersebut saat ini sedang dilakukan oleh Surrey Satellite Technology Limited (SSTL) di Guildford, Inggris sebagai bagian dari inisiatif menggunakan kemajuan teknologi untuk membuat biaya satelit menjadi lebih murah.
Kelak satelit kecil bisa menggunakan smartphone sebagai otak CPU-nya.
Dalam hal ini, sebuah smartphone sebanding dengan komputer mini—dengan catu-daya mandiri, antarmuka input-output, dan komunikasi radio—artinya sangat mirip dengan komponen utama sebuah satelit. Bedanya, satelit membutuhkan hardware yang telah dirancang khusus langsung pada tingkatan CPU, peralatan elektronik yang memiliki ketahanan yang memadai untuk berada di ruang angkasa dan sistim piranti genggam—yang secara keseluruhan, biaya proses perancangan dan pembuatan satelit menjadi sangat mahal.
Untuk misi ringan dan sederhana, sebenarnya nano-satellite (satelit mini) sudah jauh lebih murah dibandingkan dengan satelit biasa—terutama biaya pengirimannya ke angkasa. Tetapi inovasi yang dikembangkan oleh SSTL ini akan naik setingkat di atasnya, yaitu dengan mengkombinasikan satelit berukuran nano dengan smartphone.
SSTL sama sekali tidak akan melakukan perubahan atau penyesuaian apapun pada smartphone berbandrol resmi 450 dollar AS yang dipakai. Mereka hanya akan mengkaitkannya pada sirkuit satelit dengan menggunakan konektor standar. Sebuah kamera akan dipasang di dalam satelit (STRaND 1) yang menghadap ke layar smartphone untuk memastikan satelit berfungsi dengan baik, dan mepermudah pengawasan dari markas.
Bagaimana cara kerjanya?
Pertama, STRaND akan bekerja dengan menggunakan kemampuan elektronik dan kontrol perangkat kerasnya sendiri, lalu akan membawa peralatan eksperimen lainnya, termasuk kamera yang akan mengambil gambit bumi dari atas.
Selanjutnya STRaND akan memeriksa apakah handphone android masih berfungsi atau tidak. Jika perfungsi, maka handphone android akan mengambil-alih kendali (diakui oleh SSTL, untuk fungsi ini mereka merancang aplikasi khusus yang di instalasikan di dalam handphone android). Selanjutnya satelit yang sudah diambil alih sepenuhnya oleh handphone android akan megatur posisi dengan menggunakan fungsi GPS yang ada di dalamnya, lalu mengendalikannya dengan gyros dan plasma jet mini. Handphone juga akan mengambil gambar satelit itu sendiri dari orbitnya.
Doug Liddle, Kepala Lab Sains SSTL, menjelaskan bahwa mereka telah melakukaan uji terhadap handphone android di dalam ruang kedap udara di bumi, untuk mengetahui apakah handphone tahan jika nanti terpapar kondisi yang tidak sama dengan bumi. Dan handphone Google android dinyatakan lolos—diperkirakan akan tahan berada di ruang angkasa selama setahun non-stop. Doug dan kelompoknya meyakini peluncuran pertama yang akan diselenggarakan kuartal ketiga tahun ini akan berjalan dengan baik.
Mengapa temuan ini menarik? Karena jika ekseprimen ini berhasil, akan ada babak baru dalam dunia persatelitan, dengan biaya yang lebih hemat—hingga ratusan ribu poundsterling (dari sekitar 10 juta poundersterling) untuk misi-misi sederhana yang kecil. Teknologi satelit semakin penting peranannya dalam kehidupan kita di masa-masa yang akan datang. Tentu saja penemuan ini sangat penting dan strategis.
sumber : kompasiana.com